https://pin.it/3h7vEqx
Calon pengantin yang sedang menjalani sesi foto pre-wedding menggunakan flare di Bukit Teletubbies, Gunung Bromo, Jawa Timur, telah mengeluarkan permohonan maaf atas insiden kebakaran yang terjadi di kawasan Bromo. Permintaan maaf ini disampaikan secara langsung oleh calon pengantin tersebut kepada beberapa tokoh masyarakat Tengger, Ketua Dukun Paruman Tengger, Sutomo, serta tiga kepala desa yang
mewakili enam desa dalam sebuah pertemuan yang berlangsung di Balai Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jatim, pada Jumat (15/9).
Dalam pernyataannya, calon pengantin tersebut menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat adat Tengger, tokoh-tokoh adat Tengger, tokoh-tokoh masyarakat Tengger, pemerintah daerah Tengger, serta pihak berwenang, termasuk Bapak Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, jajaran menteri dan kabinet, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Daerah Probolinggo dan Pasuruan, serta seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Hal ini disampaikan dalam wawancara yang dikutip dari Kompas TV.
https://pin.it/5L7ziLo
Andrie Wibowo Eka Wardhana, seorang manajer wedding organizer berusia 41 tahun, telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus kebakaran lahan di Gunung Bromo. Dia menghadapi ancaman hukuman penjara selama lima tahun dan denda sebesar Rp 3,5 miliar, sesuai dengan pernyataan Kepala Kejaksaan Negeri Probolinggo, David P Duarsa, pada Jumat (15/09). Lima orang lainnya yang menjadi saksi dalam kasus ini adalah calon pengantin pria (HP, 30 tahun), calon pengantin wanita (PMP, 26 tahun), serta kru wedding organizer, MGG (38 tahun), ET (27 tahun), dan perias AAV (34 tahun). Ketiga kru tersebut merupakan penduduk Kota Surabaya, Jawa Timur.
HP, calon pengantin pria, mengklaim bahwa mereka telah berusaha untuk memadamkan api sesaat setelah kebakaran terjadi akibat penyalaan flare saat sesi foto prewedding. Dia menjelaskan bahwa kejadian ini tidak disengaja, dan mereka telah berusaha menggunakan air mineral kemasan sebanyak lima botol untuk memadamkan api saat kejadian. Namun, usaha mereka tidak berhasil karena kondisi angin yang sangat kencang dan rumput yang kering, sehingga api meluas.
Seorang relawan di Kabupaten Lumajang, Sukaryo, menjelaskan bahwa sulitnya pemadaman terkait dengan kondisi cuaca dan perlengkapan yang kurang memadai. Kebakaran yang dimulai sejak Rabu (06/09) belum berhasil dipadamkan karena angin kencang, rumput kering, dan medan yang curam. Sukaryo dan seratusan orang lainnya dikerahkan untuk membantu upaya pemadaman dengan berbagai peralatan, namun upaya mereka belum sepenuhnya berhasil. Beberapa relawan bahkan mengalami luka gores saat menjalankan tugas mereka.
Selanjutnya, Sukaryo mengungkapkan bahwa penyebab kebakaran besar di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah akibat ulah sekelompok orang yang menggunakan flare atau suar untuk kepentingan foto prewedding. Sebelumnya, dua kebakaran terkendali dalam waktu satu minggu. Pada Rabu (06/09), api pertama kali muncul di belakang gapura Bukit Teletubbies, dan pasangan calon pengantin berusaha memadamkannya dengan air mineral botolan. Namun, api cepat membesar, dan mereka juga tidak melaporkan kejadian ini kepada tim nasional.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS, Septi Eka Wardhani, menyatakan bahwa kebakaran tersebut telah menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan, terutama karena penutupan kawasan wisata alam Gunung Bromo sejak tanggal 6 September. Masyarakat yang bekerja di sektor wisata juga mengalami kerugian karena tidak adanya pengunjung. Selain itu, kebakaran juga mengancam vegetasi endemik dan habitat satwa, seperti bunga edelweiss, rumput maleo, elang, lutung Jawa, ular bumi Tengger, dan kera ekor panjang. Langkah-langkah antisipasi telah diambil untuk mencegah pengunjung membawa benda berbahaya, seperti melalui pembelian kacis melalui booking online dan peningkatan patroli kebakaran hutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar